Hujan.
Aku masih ingat kejadian malam itu.
Saat kau memohon kembali padaku.
- - - - - - - -
Malam ini kembali ku terduduk lesu di depan meja belajar.
Ku lihat jam di dinding tepat menunjukkan pukul 23.00
ku raih handphone di atas novel yang baru saja selesai ku baca.
Tidak ada sms atau panggilan masuk satu pun darinya.
Aku terdiam cukup lama memandang fotoku dan dirinya yang terletak di atas meja belajar.
Perlahan air mataku jatuh lagi. Entah ini sudah yang ke berapa kalinya. Aku tak peduli.
Sudah 3 hari ini dia tidak menghubungiku.
Setiap kali aku sms pasti tidak di balas.
Aku sangat ingin menelfonnya tapi aku takut.
Perasaan takut ini terus menghantuiku.
Dengan langkah gontai aku melangkah ke kamar mandi.
Mencuci muka ku yang basah karna air mata.
***
"Devira Andita Putri."
Beberapa detik kemudian, seorang cewek yang duduk di sebelahku menjitak kepalaku.
"aaaawww." teriakku kesakitan sambil mengelus kepalaku, aku memandang sinis pada gadis yang tadi menjitakku.
"apa heh? Dengar ga dari tadi dipanggil? buruan maju."
gadis itu menunjuk ke arah seorang wanita paruh baya yang menatapku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Yah, dia wali kelasku, namanya bu selli.
Sambil cengengesan aku maju dan mengambil raportku.
Tapi selama beberapa menit aku harus mendengar ocehannya.
Membosankan.
"gimana?"
gadis yang tadi menjitakku bertanya setelah aku kembali ke tempat duduk.
Namanya Mia.
"apanya?"
aku malah balik bertanya.
"dasar lemot, gimana nilainya?"
ku sodorkan raportku padanya.
"haah, nilai mu udah lumayan nih. Beda sama punya ku yang masih ga bener."
dia mendesah kesal saat membandingkan nilai raportku dan raportnya.
Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya.
Pikiran ku benar-benar tidak fokus.
Aku masih memikirkannya.
***
Bulan bersinar sangat terang.
Bintang bertebaran di langit, menambah gemerlapnya malam ini.
Malam minggu, pasti temen-temen udah janjian kencan sama pacar bahkan gebetan mereka masing-masing.
Sedangkan aku hanya duduk diam dikamar.
Membosankan.
Padahal hari ini baru saja aku menerima hasil ujian semesterku.
Ingin rasanya aku berbagi dengannya.
Nilaiku semakin membaik.
Aku akui dia memang cerdas.
Aku belajar banyak hal darinya.
Apalagi soal akademik. Dia sangat memperhatikanku.
Teringat kembali di pikiran tentang kejadian itu.
Saat aku masih duduk di SMA kelas 2 dan dia kelas 3.
Satu sekolah tidak membuat kami bosan untuk bertemu.
Dimana pun kami selalu bersama.
Di sekolahku ada pelajaran Bahasa Jerman.
Ebusseeet, sumpah, ga ngerti banget sama itu pelajaran.
Aku benar-benar benci. Guru yang mengajar pun ikut-ikutan aku benci.
Sampai akhirnya aku lewat depan ruang guru dan melihat selembar kertas yang tertempel disana.
"Daftar siswa/i yang tidak diperbolehkan mengikuti ujian bahasa jerman."
eja ku pelan.
Aku mengamati satu persatu nama yang ada dalam daftar itu.
Dan sialnya, namaku ada di urutan ke dua.
Aku sih masa bodoh.
Ku melangkah menjauh dari sana.
Langkahku terhenti saat pria yang bernama Revan itu memanggilku.
"Dev, tunggu."
"kenapa?" tanyaku penasaran.
"kamu ga boleh ikut ujian bahasa jerman ya?"
aku hanya mengangguk pelan.
"tadi Frau Fina bilang katanya daftar itu untuk siswa yang tidak pernah mengerjakan tugas. Jadi kalo kamu ngerjain tugas yang gak pernah kamu kerjain sama sekali itu, kamu boleh ikut ujian."
"oh, yaudah, thanks."
aku tersenyum dan berlari kecil menuju kantin.
* * *
`aku tunggu depan gerbang ya,,`
aku tersenyum membaca pesan singkat darinya.
Dia Wisma, pacarku.
Ku tutup handphone ku dan kembali terlelap dalam ocehan guru fisika.
Beberapa menit kemudian guru fisika itu menghentikan ocehannya.
Waktunya pulang. Huwaaah.
Aku segera berlari menuju gerbang.
"pulang yuuk." ku gandeng tangannya mengajaknya pulang.
Namun dia menahan tanganku.
"kamu kenapa ga boleh ikut ujian bahasa jerman?"
aku terdiam sejenak.
Tuu kan, ketahuan deh sama dia.
"mmm, tadi kata Revan sih karna aku ga pernah ngerjain tugas." aku menjawab pelan.
"tugas? Kenapa? Gak punya buku paket? Gak ngerti pelajarannya? Kenapa gak ngomong sama aku? Kalo udah gini siapa yang repot?"
Dia menceramahiku panjang lebar.
Dan aku harus menuruti permintaannya.
Mengerjakan seluruh tugas bahasa jerman. Ini mengerikan.
"udah deh, ntar aku yang kerjain. Besok bawa semua tugasnya ke sekolah."
to be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Abis blogwalking? Jangan lupa ninggalin jejak disini. Mari berbagi opini dan ilmu di comment box.
Semoga bermanfaat bagi yang membaca~ Salam kenal yaa :D