Lampu jalan menerangi setiap sudut kota ini. Kendaraan
berlalu lalang dengan santainya. Sesekali terdengar bunyi klakson mobil dan
motor yang terlihat tidak sabar. Traffic light yang berwarna warni menambah
ramainya sinar. Zebra cross tak pernah sepi dari pejalan kaki. Bulan yang
sedari tadi bersembunyi pun akhirnya keluar bersama bintang, ikut menerangi
kota.
Diska tepat berada ditengah jalan. Berhenti secara
tiba-tiba dan mendapati sebuah mobil sedan berwarna putih yang hampir saja
menabraknya. Pengemudi mobil itu segera turun menghampirinya.
“Kamu nggak kenapa-kenapa, kan?”
Seorang pria dengan rambut cepak dan mengenakan kaos merah
serta jeans biru tua itu menunduk didepannya.
“Enggak, kok. Maaf, ya.”
Diska berlalu tanpa memperhatikan pria yang ingin
menawarkan bantuan padanya. Pria itu pun segera kembali masuk ke dalam mobil
sambil setengah melongo menatap kepergian Diska yang terlihat bingung.
***
“Dasar cewek sok! Ada hak apa kamu mengatur seluruh
kegiatan dalam hidupku, heh??!!”
Suara pria yang sangat lantang menggelegar, memecah keheningan
jalanan malam ini. Didepannya terlihat seorang gadis berambut pirang sebahu
yang sedang menangis tanpa suara. Tatapannya tak pernah lepas dari pria yang
ada didepannya.
“Apa? Kenapa? Nggak bisa ngomong? Emang bener, kan?!”
“Aku nggak pernah bermaksud buat ngatur hidup kamu. Tapi
kenapa kamu selalu marah tanpa alasan yang jelas?” Diska, namanya. gadis
berambut pirang itu akhirnya membuka suaranya.
“Persetan dengan semua alasan kamu. Setelah ini kamu pasti
bakal ngomong kalo kamu cinta banget sama aku. Hah, basi!”
“Aku memang cinta kamu, Lo. Sadar. Aku disini bukan untuk
kamu caci maki. Sudah sering kamu melakukan ini. Aku capek.”
“Oh, jadi gitu. Setelah kita jalani hubungan ini selama 2
tahun, dengan gampangnya kamu bilang capek?”
“Aku sudah berusaha
yang terbaik buat kamu. Tapi entah kenapa kamu selalu marah-marah nggak jelas.”
“Oke, mulai sekarang kita putus!”
“Tapi, Lo, aku nggak bisa.” Diska menahan tangan Lilo,
memohon agar ia tidak pergi.
PLAAKK!!
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi kanannya. Diska
menangis menahan perih di hati dan pipinya.
“Heh, apa-apaan, nih? Penganiayaan?”
Tiba-tiba saja seorang pria datang menghampiri mereka.
“Siapa ya? Nggak usah ikut campur deh!”
“Eits, cowok sejati nggak pernah nyentuh atau nampar cewek.
Karena tadi gue lihat lo nampar cewek, jadi nggak salah dong, kalo gue bilang
lo banci?!”
“Sialan!”
Hantaman tangan Lilo mengenai wajah pria itu hingga
membuatnya tersungkur jatuh. Diska yang melihat hal itu tidak tinggal diam.
Dengan sekuat tenaga ia menahan tubuh Lilo agar tidak melayangkan hantamannya
lagi.
“Lepasin!”
Bentakan Lilo seketika melepaskan seluruh usaha untuk
menahannya. Lilo berjalan mendekat pada pria itu.
“Kamu nggak usah sok jadi pahlawan.” Lilo menatap mereka
sinis kemudian berlalu dengan langkah cepat. Kali ini Diska hanya diam,
membiarkannya menjauh.
Diska mencoba membantu pria itu bangun dari tanah. Ia mengeluarkan sapu tangan berwarna biru untuk membersihkan luka diwajah pria itu.
“Kamu . . kenapa nekat sekali?”
“Gue nggak suka sama cowok kurang ajar kayak gitu.”
Diska hanya tersenyum sambil terus membersihkan luka di
wajah pria itu.
“Nama gue Tian. Lo siapa?”
“Diska. Luka kamu nggak parah. Aku pulang dulu ya. Terima kasih.”
Ia menyerahkan sapu tangan pada pria itu dan meninggalkannya sendirian dengan berbagai pertanyaan
dalam hati.
***
bersambung~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Abis blogwalking? Jangan lupa ninggalin jejak disini. Mari berbagi opini dan ilmu di comment box.
Semoga bermanfaat bagi yang membaca~ Salam kenal yaa :D