Sabtu, 03 Maret 2012

Rain at the midnight [added story]

2 tahun berlalu sejak kejadian itu.

Usai pengumuman kelulusan, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah diluar kota.
Meninggalkan semua kenangan yang ada di kota kelahiranku dan memulai yang baru disini.
Ku bergegas mengambil tas dan melangkah cepat menuju kampus.

Tak terasa sudah hampir 6 bulan aku berada dikota ini.
Kota yang menurutku sangat asing.
Kota yang penuh kejutan. Membuatku harus lebih berhati-hati.

Sampai di depan kelas, ku lihat secarik kertas yang tertempel dipintu.
Perkuliahan pagi ini kosong.
Yaaah, you know laah, banyak dosen-dosen sok sibuk yang tidak sempat berbagi ilmu dengan mahasiswa.

Sebelum meninggalkan kampus, aku menyempatkan diri ngobrol dengan beberapa teman kampus yang baru ku kenal beberapa bulan yang lalu.
Setelah merasa cukup, aku segera kembali ke kost.

Ku rebahkan tubuhku diatas kasur. Ku tatap langit-langit kamarku dengan jenuh.

Drrrrtt... Drrrrtt...

Hp ku berdering.
Segera ku raih hp ku dari dalam tas.
Tanpa melihat siapa yang menelvon, langsung saja ku tekan tombol hijau dipojok kiri hape.

"haloo"

"heh,, jelek!"
aku terdiam saat mendengar suara disebrang telvon. Sepertinya aku kenal suara itu.

"miiaaa?" tanyaku pelan

"hahaha,, heii, devira anindya putri,, apa kabar dirimu?"

"haaahahaha, ini beneran Mia Septiani, cewek item manis yang suka warna ijo, dan sayang sama kodok."

"yeeee, kodoknya ga usah disebutin juga kalii vir."

"iye, iye,,"

dan kami pun tenggelam dalam obrolan yang cukup meriah sekalian reuni.
Mia, sahabat baikku saat SMA, kami sudah saling kenal sejak SD.
Betapa senangnya aku mendengar dia menelvon ku.
Mia tau semua tentang aku dan Wisma.
Wisma? Iya, Wisma. Entah kenapa saat aku mengingat Mia, aku seperti diwajibkan untuk mengingat Wisma juga.
haaah,, entahlaaahh,,

***

8 bulan Wisma mencoba untuk terus menghubungiku dan dekat denganku.
Dia selalu memohon kembali padaku.
Entah apa yang dia pikirkan. Rasanya ini konyol.
Sudah hampir 2 tahun sejak kami putus, dia selalu gonta ganti pacar. Dan semuanya itu dia kenalkan padaku.
"Dasaar, anak kecil" gumam ku saat melihat tingkahnya itu.

Yaaah, kami memang tidak berada dalam 1 kota, tapi jejaring sosial lah yang mempertemukan kami kembali.

***

Beberapa hari setelah 8 bulan itu berlalu, aku mendengar kabar mengejutkan. Sedikit kaget sih, antara percaya dan gak percaya.

Malam itu, entah kenapa aku ingin ngobrol sama Wisma.
Tapi tiba-tiba dia membalas sms ku dengan ketus.
Bukan, ini bukan Wisma yang ku kenal.
Dan yanglebih mengejutkan lagi, dia bilang kalau dia dan Mia sudah jadian.

Aku terdiam menatap sms darinya itu.
Mia, gak mungkin.
Segera aku membuka salah satu akun jejaring sosial ku dan melihat wall mereka berdua.

Sumpah, aku nangis, akhirnya aku nangis lagi setelah kejadian 2 tahun yang lalu.
Aku mencooba menenangkan diri.
Mia, dia sahabatku, mana mungkin dia berpacarandengan Wisma.
Dia tau betul siapa aku.

Dan akhirnya setelah mengetahui hal itu, Mia segera menghubungiku, menjelaskan semua perasaannya.
Perlahan aku mulai mengerti, kadang cinta itu memaksa kita untuk mengambil jalan yang aneh, yang dapat menimbulkan banyak kontroversi.

Iya, awalnya aku marah, aku gak munafik.
Bagaimana bisa seorang yang sudah ku anggap sahabat berpacaran dengan mantan ku.

Tapi ada satu hal yang membuat amarah ku reda. Hujan.
Aku menatap hujan dengan sendu.
Aku berfikir kembali, apakah ini yang terbaik?
Menjauhi mereka hanya karna aku merasa di khianati?
Bagaiman perasaan mereka?
Apa aku seperti binatang yang tidak pernah peduli dengan perasaan manusia?
Lagipula Wisma itu bukan siapa-siapa ku lagi.
Dia hanya mantan, iya, mantan.
So, apa yang harus dipermasalahkan?
Aku menghela nafas panjang.
Ku raih handphone, dan ku sms Mia.
Aku menjelaskan semuanya. Aku tenang. Aku tidak takut.

Aku gak berhak marah. Itu masalah perasaan. Aku gak berhak ngatur-ngatur perasaan orang lain.
Hmmpph,,
semoga kalian bahagia..
aku banyak belajar dari Wisma dan Mia.

Aku tersenyum, mulai menatap hariku dengan langkah pasti.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahah, dan semuanya kembali seperti biasa.
      Tak ada lagi rasa sakit. Karena MIa dan Devira tetap bersahabat sampai sekarang dan selamanya dengan pasangan mereka masing2. Tanpa Wisma, mereka tetap masih bisa tersenyum :')

      Hapus

Abis blogwalking? Jangan lupa ninggalin jejak disini. Mari berbagi opini dan ilmu di comment box.
Semoga bermanfaat bagi yang membaca~ Salam kenal yaa :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...