Sabtu, 06 April 2013

Tulis dan Negara Kertas


Dahulu kala di sebuah negara bernama Kertas, hiduplah seorang gadis cantik bernama Tulis. Setiap hari pekerjaan Tulis hanya bermain dan mengganggu pekerjaan orang lain. Disaat teman-temannya pergi ke sekolah, ia malah sibuk menggoreskan tinta diatas pakaiannya.

“Tulis, pakaianmu jangan di coret-coret, kalau kotor nanti tidak sedap dipandang apalagi dipakai.” Kata ibunya menasehati.

“Ah, biar saja. Aku suka.”

“Pergilah ke sekolah, Nak.”

“Untuk apa pergi ke sekolah kalau aku sudah bisa menulis? Tidak ada gunanya, Bu.”
Ibunya hanya menggeleng memandang anak gadisnya yang tidak mempan di nasehati dengan cara apa pun. Tulis sama sekali tidak mempedulikan ibunya.

Suatu hari ia berlari mengejar anak-anak bebek yang sedang berbaris rapi dipinggir sawah hingga membuat mereka berlarian tak tentu arah. Berhasil! Ia menangkap salah satu anak bebek dan bersiap menuliskan sesuatu ditubuh bebek itu dengan tintanya.

Namun, langkahnya terhenti saat melihat seorang lelaki yang duduk termenung dibawah pohon. Dengan langkah pelan, ia mendekati pria itu. Ia melihat lelaki itu sibuk membolak-balik lembar demi lembar buku yang sedang dipegangnya. Sesekali matanya terlihat penuh emosi, bahagia, dan sedih.

“Kau sedang apa?” tegur Tulis penasaran.

“Oh, aku sedang membaca. Kau sendiri?”

“Buku apa yang kau baca? Apa kau bisa menulis?”

“Ini buku tentang negara Kertas. Ya, aku bisa menulis sedikit. Apa kau bisa membaca?”

“Tentu saja aku bisa. Membaca adalah hal yang mudah bagiku.”

“Cobalah kau baca buku ini.” Lelaki itu menyodorkan bukunya.

Tulis membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam buku tersebut. Sesekali suaranya terhenti, berfikir sejenak mengenai tanda-tanda aneh didalamnya. Ada tanda tanya (?), titik (.), koma (,), tanda seru (!), dan yang lainnya.

Lelaki itu tersenyum melihat reaksi Tulis. Kemudian ia bertanya, “Siapa namamu?”

“Tulis.” Jawabnya malu-malu.

“Apa kau tidak sekolah? Sepertinya kau belum paham cara membaca.”

“Tidak. Aku tidak perlu sekolah. Bukankah sekolah itu hanya untuk belajar membaca dan menulis. Sedangkan aku sudah bisa keduanya.”

Lelaki itu tersenyum, kemudian membelai rambut Tulis.

“Dengarlah Tulis, menulis saja tidak akan membuatmu pintar untuk memahami dunia. Kau juga harus bisa membaca dengan benar agar dunia pun segan terhadapmu.

source: http://aselia.wikia.com/wiki/File:Fubras_River_Anime.jpg
Lihatlah gambar sungai yang ada dibuku itu. Indah, bukan? Apa kau tahu jika sungai itu adalah sumber mata air terbesar dinegara ini? Dengan membaca kau akan mengetahui banyak hal yang tidak pernah kau duga.”

Tulis hanya diam, kemudian mendekap erat buku yang di bacanya.

“Tulis akan belajar membaca. Tulis akan menjadi sepertimu, bisa mengenal dunia. Sungai, gunung, laut, semuanya.”

“Bagus, mulai sekarang kau harus giat belajar.”

Sejak saat itu, Tulis pergi ke sekolah. Ia mulai belajar membaca dan menulis. Ia juga mulai belajar berhitung. Tulis tidak pernah lagi mengganggu pekerjaan orang lain. Ia tidak pernah lagi menulis dengan tinta diatas pakainnya. Jika ia ingin menulis, ia akan menulis di kertas. Ia juga sering menolong ibunya. Ibunya heran melihat perubahan drastis dari putrinya. Tapi ia bersyukur karena putrinya sudah menjadi gadis yang pintar.

Sekarang Tulis menjadi gadis dewasa yang cerdas. Negara Kertas berkembang pesat berkat keahliannya dalam menemukan teknologi baru. Ia disegani masyarakat karena kecerdasan dan kebaikannya untuk membangun Negara Kertas.

5 komentar:

  1. Negara kertas.......turun hujan gk.

    BalasHapus
  2. Ada negeri kertas, apa ada juga negeri gunting dan batu?

    BalasHapus

Abis blogwalking? Jangan lupa ninggalin jejak disini. Mari berbagi opini dan ilmu di comment box.
Semoga bermanfaat bagi yang membaca~ Salam kenal yaa :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...