Dahulu
kala di sebuah negara bernama Kertas, hiduplah seorang gadis cantik bernama
Tulis. Setiap hari pekerjaan Tulis hanya bermain dan mengganggu pekerjaan orang
lain. Disaat teman-temannya pergi ke sekolah, ia malah sibuk menggoreskan tinta
diatas pakaiannya.
“Tulis,
pakaianmu jangan di coret-coret, kalau kotor nanti tidak sedap dipandang
apalagi dipakai.” Kata ibunya menasehati.
“Ah,
biar saja. Aku suka.”
“Pergilah
ke sekolah, Nak.”
“Untuk
apa pergi ke sekolah kalau aku sudah bisa menulis? Tidak ada gunanya, Bu.”
Ibunya
hanya menggeleng memandang anak gadisnya yang tidak mempan di nasehati dengan
cara apa pun. Tulis sama sekali tidak mempedulikan ibunya.
Suatu
hari ia berlari mengejar anak-anak bebek yang sedang berbaris rapi dipinggir
sawah hingga membuat mereka berlarian tak tentu arah. Berhasil! Ia menangkap
salah satu anak bebek dan bersiap menuliskan sesuatu ditubuh bebek itu dengan
tintanya.
Namun,
langkahnya terhenti saat melihat seorang lelaki yang duduk termenung dibawah
pohon. Dengan langkah pelan, ia mendekati pria itu. Ia melihat lelaki itu sibuk
membolak-balik lembar demi lembar buku yang sedang dipegangnya. Sesekali
matanya terlihat penuh emosi, bahagia, dan sedih.
“Kau
sedang apa?” tegur Tulis penasaran.
“Oh,
aku sedang membaca. Kau sendiri?”
“Buku
apa yang kau baca? Apa kau bisa menulis?”
“Ini
buku tentang negara Kertas. Ya, aku bisa menulis sedikit. Apa kau bisa
membaca?”
“Tentu
saja aku bisa. Membaca adalah hal yang mudah bagiku.”
“Cobalah
kau baca buku ini.” Lelaki itu menyodorkan bukunya.
Tulis
membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam buku tersebut. Sesekali
suaranya terhenti, berfikir sejenak mengenai tanda-tanda aneh didalamnya. Ada
tanda tanya (?), titik (.), koma (,), tanda seru (!), dan yang lainnya.
Lelaki
itu tersenyum melihat reaksi Tulis. Kemudian ia bertanya, “Siapa namamu?”
“Tulis.”
Jawabnya malu-malu.
“Apa
kau tidak sekolah? Sepertinya kau belum paham cara membaca.”
“Tidak.
Aku tidak perlu sekolah. Bukankah sekolah itu hanya untuk belajar membaca dan menulis.
Sedangkan aku sudah bisa keduanya.”
Lelaki
itu tersenyum, kemudian membelai rambut Tulis.
“Dengarlah
Tulis, menulis saja tidak akan membuatmu pintar untuk memahami dunia. Kau juga
harus bisa membaca dengan benar agar dunia pun segan terhadapmu.
source: http://aselia.wikia.com/wiki/File:Fubras_River_Anime.jpg |
Lihatlah
gambar sungai yang ada dibuku itu. Indah, bukan? Apa kau tahu jika sungai itu
adalah sumber mata air terbesar dinegara ini? Dengan membaca kau akan
mengetahui banyak hal yang tidak pernah kau duga.”
Tulis
hanya diam, kemudian mendekap erat buku yang di bacanya.
“Tulis
akan belajar membaca. Tulis akan menjadi sepertimu, bisa mengenal dunia.
Sungai, gunung, laut, semuanya.”
“Bagus,
mulai sekarang kau harus giat belajar.”
Sejak
saat itu, Tulis pergi ke sekolah. Ia mulai belajar membaca dan menulis. Ia juga
mulai belajar berhitung. Tulis tidak pernah lagi mengganggu pekerjaan orang
lain. Ia tidak pernah lagi menulis dengan tinta diatas pakainnya. Jika ia ingin
menulis, ia akan menulis di kertas. Ia juga sering menolong ibunya. Ibunya
heran melihat perubahan drastis dari putrinya. Tapi ia bersyukur karena
putrinya sudah menjadi gadis yang pintar.
Sekarang
Tulis menjadi gadis dewasa yang cerdas. Negara Kertas berkembang pesat berkat
keahliannya dalam menemukan teknologi baru. Ia disegani masyarakat karena
kecerdasan dan kebaikannya untuk membangun Negara Kertas.
Negara kertas.......turun hujan gk.
BalasHapusbelum :p
Hapusjgn turun,,,,hujan.
Hapuslayu sudah negri kertas kalo trun hujan. :P
Ada negeri kertas, apa ada juga negeri gunting dan batu?
BalasHapusmungkin saja ada, tergantung imajinasi :D
Hapus