Akan kuceritakan sedikit tentang dia. Tentang bagaimana aku merasakan kehilangan, kekonyolan, hingga kebahagiaan yang tanpa sadar menemaniku hingga kini.
Ini bukan hanya tentang cinta, juga perasaan suka yang malu-malu.
Aku mulai dari sosoknya.
Dia bukan pangeran yang sangat tampan, bukan juga pria yang memiliki wibawa tinggi. Dia hanya bocah laki-laki biasa yang selalu tersenyum saat menatapku, yang selalu memperlihatkan lesung pipinya ketika aku menatapnya.
Masih kuingat dengan jelas bagaimana ia tersenyum menatapku saat itu, Kuingat juga saat teman-teman sekelas menggodaku dengannya. Begitu pun dengan teman-temannya yang menggodanya denganku. Entah, tapi kurasa ini aneh. Aku belum mengerti perasaan apa nanti yang akan aku rasakan.
Hei, kau! Sebelumnya kutantang kau untuk mengingat bagian-bagian kecil yang lain. Kali ini akan kuceritakan beberapa hal yang masih kuingat. Kau siap? Ayo kita mulai
Kudengar saat itu, di tahun 2004, kalau tidak salah sekitar bulan Juli, kau suka padaku. Benar? Ya, aku hanya mendengarnya sedikit dari kawanku. Awalnya aku biasa saja, malah menganggapmu seperti gangguan. Kau terus menatapku malu-malu, aku pun. Tapi entah setan apa yang mendorongku untuk berani bertanya langsung padamu. Hahaha. Ini konyol.
Kau ingat hal ini? Ketika aku mengirimimu surat? Menanyakan kebenaran apa kau benar menyukaiku? Kau tertawa tidak? Aku yakin kau akan tertawa ketika mengingatnya tapi kumohon jangan, biar aku saja yang menertawakanmu karena aku tak ingin memperlihatkan wajahku yang memerah karena malu padamu.
Ah ya, asal kau tau, sebenarnya aku tak seberani itu. Berterima kasihlah pada teman-temanku yang dengan gigih memintaku untuk melakukan hal konyol itu.
Sejujurnya setelah menulis dan mengirim surat konyol itu, aku biasa saja. Seperti tak tau apa yang harus kulakukan selanjutnya. Tapi sesungguhnya aku menanti kau membalas suratku.
Lalu kau membalasnya, kau titipkan pada temanku. Kubuka surat itu. Dan kau tau, ada perasaan aneh yang tiba-tiba memenuhi ruang hatiku. Semacam rasa sesak yang membuatku tersenyum sepanjang hari. Kau tau, kan?
Aku lupa kau menuliskan apa saja didalam surat itu. Sudah terlalu lama, sulit untuk aku mengingat setiap detailnya. Yang kutau, kau tulis kalau kau suka aku. Apa kau melihat pipiku merona saat mengingat ini? Tidak, kau tidak boleh melihatku tersipu.
Kau bilang ini perasaan suka yang entah kau sendiri bingung harus memulainya dari mana. Kalau saat itu saja kau bingung, lalu kau sebut apa aku?
Saat itu kita belum mengenal apa yang mereka sebut cinta, karena memang kita hanya saling suka.
Ah, aku melewatkan bagian dimana akhirnya kita sepakat untuk menjalani kisah baru. Ini pertama kalinya untukmu, juga untukku. Apa aku benar? Bukankah saat itu aku yang pertama? Kalau aku salah, tolong kau koreksi.
Setelah kuterima surat balasan darimu, kemudian aku masih bertanya tentang kenapa kamu menyukaiku dan segala macamnya. Kemudian kau balas lagi, mmmmm waktu itu kau balas apa surat itu? Kau bilang kau suka aku karena apa? Aku lupa. Hahaha. Maaf.
Kejadian saling berikirim surat lewat teman-teman pun akhirnya berlanjut dan aku mengiyakan untuk menjalani cerita denganmu. Kita jadi sering berkirim surat semenjak itu, mau bertemu pun masih malu.
Saat itu aku pernah bertanya padamu tentang isi suratmu, apa benar itu kau yang tulis? Apa benar tulisanmu serapi dan sebagus itu? Apa benar kau seromantis itu? Hahaha. Kau ingat kan tentang bagian ini?
------------------------------ bagian 2: Ruang Kelas & Coklat
Enyak enyak... Mention saja orangnya... 😁
BalasHapusMas iriiiiiiil, kau jangan embeeeerrr. Ini rahasiaaaa. Hahahahaaha.
HapusBtw traktir aku makan!!! Ayahbcerita sama bapak kalau kau sudah lulus! Hahaah :p
Hampir lulus.. Ni lagi mumet revisi.. Haha
HapusYa udh, di tunggu part 2 nya.. :D
Wahahahahaha, semangaattt!! :))
HapusDuh enaknya bisa surat-surat-an.. aku dulu kenalan ama doi pake sosmed ya karena kita jarang ketemu. Tapi kita pernah kenal lho di dunia nyata. ah kok malah curhat sih. okedeh jadi malu. oke kak indri salam kenal.
BalasHapussemoga doi bener-bener yang nulis suratnya dulu ya hehehehe
iya, jaman sudah berubah yak. hahahhaha
Hapusya ampun, endingnya gue aminin deh, semoga aja beneran doi yg nulis, hahahha