Rabu, 26 Oktober 2011

Rain at the midnight [part 2]

Disebuah kelas yang cukup tenang.
Aku dan Wisma mengerjakan tugas bahasa jerman.
Mmm, lebih tepatnya Wisma yang mengerjakan.
Dia mencoba memecahkan soal yang ada dihadapannya.
Aku hanya diam menatap bangga padanya.

"Nah, udah selesaaai."

"hah? Udah? Serius?"

"nih, liat aja."
dia menyodorkan buku tugas itu.
Aku memperhatikannya dengan baik.
Wow, memang sempurna, tidak ada satu soal pun yang tidak di isi.

"udah kan? Buruan dikumpulin gih."

"mmm, tapi kan ngumpulinnya harus ke rumah Frau Fina."

"Yaudah, pulang sekolah, aku antar ke rumahnya."

Dan seperti yang tadi dia katakan.
Pulang sekolah kami segera bergegas ke rumah Frau Fina untuk mengumpulkan tugas.
Dengan beberapa kalimat nasihat darinya, kami pulang dengan lega.

"makasiih yaa."
tiba-tiba aku mencium pipi Wisma.
Wajahnya memerah.

---------

Kejadian itu membuatku mengerti betapa dia memikirkan dan memperhatikanku.

Tapi Wisma yang dulu beda dengan Wisma yang sekarang.

Aku meraih gitar dan memainkan beberapa lagu sendu.
Sesekali aku melirik handphone ku. Tapi tak ada satu pun pesan masuk atau panggilan masuk darinya.
Aku mulai kesal, sebenarnya ada apa ini?
Nekat, aku menelfonnya.
Aku butuh kepastian.

Lama sekali dia mengangkat telfonnya.

"halo? Wisma? Aku mau bicara sama kamu."
saat tau bahwa dia mengangkat telfon, aku langsung berkata.

"ini siapa ya?"
suara gadis diseberang telfon itu membuatku gelisah.
Perasaan ini nomer Wisma deh, tapi kenapa yang angkat seorang gadis?

"mmm, ini nomernya Wisma kan?"

"iya, ini siapa ya?"
aku terdiam sejenak.

"halo?"
gadis itu masih bertanya.

"Wisma nya ada gak?"

"oh Wisma nya ada. Kenapa?"

"mau ngomong bentar boleh gak?

"gimana ya? Kalo gak boleh gimana?"

"bentar doang, emang ini siapa?"

"aku pacarnya Wisma."

Deg.
Jantungku terasa berhenti berdetak.
Rasanya hari itu juga aku ingin mati.
Air mataku jatuh secara perlahan.

"kamu cewek yang sering sms Wisma ya? Gatel banget sih jadi cewek."
aku benar-benar tidak peduli saat gadis itu mulai mencaci maki ku bahkan dengan kata-kata kasar yang tidak wajar. Berbagai macam nama binatang di lontarkannya padaku.
Aku hanya diam. Mengatur emosiku.

"oh, iya, maaf. Tolong bilangin sama Wisma, makasih ya."
aku menutup telfonku.

Segera aku sesenggukan didalam kamar.
Ternyata selama ini dia mengkhianatiku.
Aku sakit. Nyesek.

Suasana malam yang cerah tidak membuatku senang.
Aku menangis sejadi-jadinya menahan perih hatiku.

***

aku mencoba mengobati sisa-sisa luka dihatiku.
Mencoba bangkit kembali.
Aku masih punya orang tua yang menyayangiku setulus hati dan kedua adik laki-laki ku yang juga menjagaku.
Aku juga punya teman-teman yang selalu mendukungku.
Aku tidak sendiri. Aku ada di tengah mereka semua.
Jadi apa yang harus aku takutkan? Tidak ada.

Perlahan tapi pasti, aku mulai melupakannya.
Wisma, pria yang membuat hatiku luka.

"Karma akan menjelangmu, sayang." kataku lirih saat menatap fotonya.

***

Sebulan berlalu setelah kejadian itu.
Aku masih jadi gadis yang ceria.
Aku tidak lagi memikirkannya.
Duniaku dan dunianya beda.
Aku nikmati duniaku.
Dia? Entahlah. Masa bodoh.

***

to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Abis blogwalking? Jangan lupa ninggalin jejak disini. Mari berbagi opini dan ilmu di comment box.
Semoga bermanfaat bagi yang membaca~ Salam kenal yaa :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...