Suasana malam tidak seperti biasanya. Tengah malam ini keadaan begitu ramai. Kicauan burung hantu terus bergema. Gonggongan anjing pun bersahut-sahutan. Cuaca malam itu pun sangat damai. Angin bertiup secukupnya, bulan dan bintang pun muncul bersamaan. Cahaya dari langit menambah keindahan langit malam itu. Dan di bawah pohon beringin yang cukup besar, seorang gadis cantik yang rambutnya terurai panjang sebahu duduk di temani seekor burung hantu putih.
"Owl, gue bingung. Gue mesti kemana ya?"
gadis itu berbicara pada seekor burung hantu putih.
Dia menatap gadis manis dengan iba, kemudian terbang meninggalkannya.
"hei owl, mau kemana?"
gadis itu mengejar owl hingga sampai disebuah rumah sederhana dengan pagar berwarna biru muda. Terdapat taman kecil didepannya. Sebuah pohon bunga
bougenville menambah keindahan tamannya. Dengan wajah penasaran, gadis itu mulai memasuki halaman depan rumah tersebut.
Owl pun segera kembali dan bertengger pada pundak gadis itu.
"Ini rumah siapa owl?"
owl berbalik arah dan lagi-lagi terbang, meninggalkan gadis itu sendiri.
Dengan langkah pelan, ia memasuki rumah itu. Rumah yang tidak terlalu besar. Terdapat 3 kamar di dalamnya. Gadis itu mencoba menelusuri setiap ruangan dengan perlahan. Ia berhenti didepan sebuah pintu kamar yang didepannya terdapat gantungan bertuliskan `boy's room`.
"Woow, kamarnya bersih dan rapi banget, ga seperti kamar gue, berantakan."
gumam gadis itu sembari memandangi kamar yang baru saja dimasukinya itu.
Dia benar- benar mengamati setiap sudut kamar itu.
Rak buku tersusun rapi disebelah kanan tempat tidur yang terletak tepat ditengah ruangan. Ring basket tergantung indah di belakang pintu. Gitar listrik yang terletak dibawah membuat matanya semakin berbinar kagum.
Dan di sana ada seorang pria yang sedang tertidur lelap.
Gadis itu memandangi pria yang terlelap dari jarak dekat. Wajahnya sangat familiar. Kulitnya sawo matang, rambutnya acak-acakan--mungkin karena ia sedang tidur. Manis, itu kesan pertama yang didapatnya.
Setelah cukup lama mengamati pria tampan itu, ia terlonjak kaget.
"huwaaaaaaaa, diaaaass. Pergi sana, gue benci lo!"
gadis itu berteriak sambil menutup mata dengan kedua tangannya.
Namun tak ada reaksi apa-apa dari pria itu. Suasana tetap hening.
Gadis itu berhenti berteriak ketika mengetahui bahwa tak ada satupun yang menyadari keberadaannya. Tenang.
Setelah cukup tenang, gadis itu kembali memandangi kamar pria itu.
"cowok sok cool tapi kamarnya rapi banget. Dan kayaknya lo takut gelap ya. Tidur aja lampu kamar ga di matiin. Hihih."
Gadis itu berkata sinis sambil memandang lampu tidur yang menyala begitu terang hingga membuat ruangan tersebut terasa panas.
***
kring kring kring
Bunyi jam weker tepat menunjukkan pukul 06.00
Seorang pria bangun dari tidurnya yang panjang dan segera mematikan wekernya. Ia masih terduduk lesu di tempat tidur.
Dengan mata setengah tertutup, ia menoleh ke samping kanan ranjangnya. Sesuatu yang tiba-tiba membuatnya kaget setengah mati.
Seorang gadis tidur tepat disebelahnya.
"huaaaaaaaaaaahh, a a a ada hantuuuuu."
pria itu berlari ke dalam kamar mandi sambil terus mengucapkan doa. Tak lama kemudian dia membuka pintu kamar mandi, mencoba mengetahui keadaan yang sebenarnya. Jeng jeng jeng
"Siaaall, halusinasi gue parah banget." katanya setengah bergumam saat tak mendapati seorang pun dikamarnya.
Dia segera mengambil handuk dan menyiapkan seragam sekolahnya.
Setelah mandi, tiba-tiba di depan kamar mandi terdapat sesosok gadis yang dilihatnya tadi.
Pria itu bertatapan langsung dengan seorang gadis manis dengan rambutnya yang hitam sebahu dan mengenakan seragam olahraga berwarna biru. Wajah gadis itu tampak pucat.
"ha ha haaantuuuu!!"
pria itu berteriak ketakutan dan menutup kedua matanya dengan tangan. Ia jatuh terduduk dipojok pintu kamar. Mimik wajahnya sangat ketakutan.
"Ma.. ma.. maaf, gue ga pernah gangguin lo. Jadi gue mohon jangan ganggu gue." kata pria itu terbata-bata sambil terus menutup matanya.
Bukannya menjauh, gadis itu malah mendekat dan menatap pria itu.
"lo bisa ngeliat gue?"
gadis itu bertanya sambil menunjuk dirinya.
Perlahan pria itu mulai memberanikan diri membuka matanya menatap gadis itu. Matanya terbelalak kaget. Gadis setinggi 165 centi itu tersenyum centil padanya. Pipinya yang sedikit tembem dan berlesung itu membuyarkan semua lamunannya. Gadis yang sangat dikenalnya kini berdiri tepat dihadapannya. Tapi bukankah gadis itu sudah meninggal 3 hari yang lalu? Lalu kenapa sekarang dia ada disini? Pikirannya terus berkecamuk mencari-cari jawaban dari pertanyaan itu.
Dengan suaranya yang gemetaran, dia menjawab.
"i-i-i-ya"
"Lo tau kan siapa gue?" tanya gadis itu lagi.
"Ve" jawab pria itu singkat.
"yeaaay, akhirnya ada juga yang bisa ngeliat gue. Lo tau ga? Gue itu udah pulang ke rumah, tapi apa? Di rumah yang ada cuma orang-orang cengeng. Nyokap malah nangis ga berhenti-berhenti. Kasihan sih, gue pengen bilang ke nyokap kalo gue tu gapapa, tapi mereka aja ga bisa liat gue. Ya udah sih, daripada gue bingung, gue di anterin sama owl kesini." gadis bernama Ve itu terus bercerita panjang lebar.
"Ya iyalah mereka ga liat. Alam lo kan udah beda sama kita." pria itu bergumam pelan. Ia mulai memberanikan diri berbicara. Menurutnya, gadis itu baik, tidak seram.
"Gitu ya? Jadi kalo gue sama alam itu beda jadi ga keliatan. Eh, alam itu kan yang nyanyi lagu mbah dukun. Lo ngefans ya sama alam? Ya ampun, yas, gue ga nyangka ternyata lo suka sama lagu dangdut."
"heh bego, lo dari dulu ga berubah ya? Masih aja lemot ga jelas. Dan satu lagi, jangan panggil gue 'Yas'. Apaan tuh 'Yas'? Panggil gue adit."
pria itu mulai terbiasa dengan kehadiran Ve. Sifat lemot dan gak nyambung yang ada di diri Ve sama sekali gak ilang.
"adit? Kok bisa? Nama lo kan Dias Praditya? Aditnya dari mana?" tanya Ve polos.
"ya Ampuuun, Ve. Lo tu yaaa bikin otak gue mampet. Udah ah, gue mau ganti baju terus berangkat sekolah. Awas lo jangan ngintipin gue."
Ve hanya mencibir dan menutup matanya dengan kedua tangannya.
Dengan langkah cepat, Pria itu segera masuk kembali kedalam kamar mandi. Meskipun sudah cukup tenang, pria itu tetap kebingungan menghadapi situasi ini. Sangat aneh, begitu pikirnya.
***
"Eh jelek, gue ikut dong ke sekolah."
"Mau ngapain lo? Udah deh lo di rumah aja. Tungguin gue sampe pulang. Gue masih punya banyak urusan sama lo. Lo diem dikamar gue aja. Inget, jangan ngacak-ngacak kamar gue."
Setelah sepedanya siap, pria itu pergi meninggalkan Ve sendiri.
"Dasaaar jeleeekk!" Ve berteriak ke arah pria itu sambil menjulurkan lidahnya.
----bersambung